Kasanga, bulan kesembilan dalam kalender Bali, menandai masa pembaruan dan transformasi bagi masyarakat Bali. Jatuh pada bulan Maret, inilah saat Bali merayakan Nyepi, Hari Raya Sunyi, yang menjadi awal Tahun Baru Saka. Periode ini mengundang refleksi spiritual yang mendalam, penyucian diri, serta pemulihan keseimbangan antara manusia, alam, dan sang pencipta.
Rangkaian upacara Kasanga berlangsung melalui serangkaian ritual sakral. Melasti adalah prosesi penyucian ke laut untuk membersihkan benda-benda suci. Dilanjutkan dengan Tawur Kasanga, berupa persembahan besar-besaran demi menjaga keharmonisan kosmos. Pada Pengrupukan, seluruh pulau bergemuruh dalam semarak pawai ogoh-ogoh yang melambangkan pengusiran energi negatif. Ritual ini mencapai puncaknya di Hari Nyepi, ketika seluruh pulau memasuki satu hari penuh keheningan, refleksi, dan meditasi. Siklus ditutup dengan Ngembak Geni, saat pembaruan, saling memaafkan, dan menjalin kembali hubungan. Keseluruhan rangkaian ini mencerminkan prinsip somya (keseimbangan), sunya (keheningan), dan ramya (kegembiraan).
Pameran ini menghadirkan reinterpretasi tradisi Kasanga melalui ekspresi seni kontemporer. Menggabungkan dokumen sejarah dengan karya seni modern, pameran ini menampilkan karya para seniman dan penjaga budaya Bali. Kurator Wayan Seriyoga Parta, Made Susanta Dwitanaya, Dewa Ayu Eka Savitri Sastrawan, Dewa Gede Purwita (Gurat Institute), dan Marlowe Bandem (SAKA Museum) mengundang Anda untuk menyelami perpaduan antara perayaan dan keheningan dalam budaya Bali.